Ketika langkah cerai terpaksa
ditempuh, rasa bersalah terhadap anak mungkin menghinggapi Anda, karena sebagai
orangtua Anda merasa tak dapat melakukan yang terbaik untuk mereka, yaitu
mempertahankan perkawinan Anda. Memang tak dapat dipungkiri bahwa perceraian
berpotensi merusak kehidupan anak.
Perceraian mengakibatkan anak
terpaksa berpisah dengan salah satu orangtua, dan kehidupan keluarga yang
mengalami banyak perubahan setelah perceraian menuntut anak untuk beradaptasi.
Akan tetapi, sekalipun perceraian membawa serangkaian masalah dan dampak buruk
untuk anak, sesungguhnya masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat
anak merasa lebih baik. Anda tidak hanya bisa membantu mengobati rasa pedih dan
kecewa yang dirasakan anak, tetapi juga bisa membimbing mereka untuk tumbuh
menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Perlu diketahui, jika orangtua
bisa mengusahakan tertanganinya permasalahan sehari-hari di masa krisis sesudah
perceraian, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih
tahan banting daripada anak-anak lain. Mereka juga akan menjadi pengambil
keputusan yang baik.
Mengasuh anak sesudah
perceraian memang bukan hal yang mudah. Di saat Anda sedang mengalami guncangan
emosi hebat, Anda dituntut untuk tetap mengurus dan memenuhi kebutuhan anak
Anda dengan baik. Tampaknya tak ada waktu bagi Anda untuk berhenti dan
beristirahat sejenak dari perjalanan hidup yang melelahkan ini. Masalah semakin
bertambah ketika anak Anda mulai menunjukkan perubahan perilaku yang tidak Anda
kehendaki, mungkin mereka menjadi agresif, lebih mudah marah, lebih manja,
sering rewel, mudah menangis, atau sulit diatur. Semuanya membuat Anda merasa
semakin sulit.
Memahami Perasaan Anak
Memahami apa yang mereka
rasakan akan membuat Anda lebih mudah membantu mereka. Berikut ini adalah
berbagai perasaan yang umumnya dirasakan anak yang orangtuanya bercerai:
· Anak marah karena merasa bahwa
keputusan cerai itu adalah keputusan sepihak yang diambil orangtua tanpa
melibatkan dirinya atau tanpa mempertimbangkan pendapatnya.
· Anak merasa bersalah, merasa
dirinya menjadi penyebab perceraian kedua orangtuanya. Perasaan ini timbul
karena anak, terutama yang usianya masih kecil, belum mampu sepenuhnya memahami
alasan mengapa kedua orangtuanya bercerai.
· Anak khawatir tidak bisa
bertemu orangtuanya lagi.
· Anak bingung karena ingin
menyayangi kedua orangtuanya tapi kenyataannya kedua orangtuanya bermusuhan dan
bahkan salah satu orangtuanya telah pergi.
· Anak khawatir orangtuanya
tidak lagi mencintainya dan akan menelantarkan dirinya. Melihat bahwa salah
satu orangtua meninggalkan rumah membuat anak merasa tidak dicintai dan
dianggap remeh. Anak berpikir bahwa orangtua yang pergi tega meninggalkan
ayah/ibunya serta dirinya.
· Anak terlalu mencemaskan
kesehatan dan kesejahteraan orangtua yang mengasuhnya, khawatir kalau-kalau
suatu saat orangtua pengasuh tersebut tidak bisa merawat mereka lagi.
Anak-anak tidak memiliki
kematangan emosi untuk menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan, sehingga
mereka cenderung memanifestasikan perasaan sedih, marah, kecewa dalam berbagai
perilaku yang menimbulkan masalah. Beberapa anak bahkan menderita sakit psikosomatis
(sakit yang bersumber dari kondisi psikologis, bukan dari sumber fisik),
seperti mual, sakit perut, pusing. Ada juga anak yang berusaha mati-matian
mengubur perasaannya dan mati-matian berusaha menjadi anak yang baik. Langkah
pertama yang bisa Anda lakukan untuk membantu mereka beradaptasi dengan
peristiwa buruk ini adalah menerima perasaan-perasaan mereka. Berikan toleransi
kepada mereka dalam mengekspresikan perasaan mereka, sambil perlahan-lahan
mengalihkan perhatian mereka pada hal-hal positif atau hal-hal yang bisa
membuat mereka lebih gembira.
Menciptakan Emosi Positif pada Anak
Tidak baik jika anak terus
berlarut-larut dalam perasaan sedih, kecewa, atau marah. Anda bisa melakukan
sesuatu untuk mengurangi kesedihan dan mengembalikan keceriaan mereka. Berikut
ini langkah yang bisa Anda lakukan:
· Katakan bahwa banyak juga
keluarga lain yang terpaksa bercerai, bahkan mungkin ada teman sekelasnya yang
mama-papanya bercerai.
· Katakan bahwa Anda akan
selamanya menjadi orangtua mereka yang akan selalu menyayangi dan menjaga
mereka.
· Katakan bahwa meski pasangan
Anda tidak lagi tinggal bersama, dia akan tetap menjadi orangtua mereka. Beri
tahu di mana pasangan Anda akan tinggal, dan bagaimana mereka bisa
berkomunikasi atau bertemu.
· Ajak anak membantu urusan
pekerjaan rumah tangga Anda. Anak akan senang dan bangga jika merasa dirinya
bisa berguna bagi orangtua, oleh karena itu, ajak anak melakukan pekerjaan
rumah kecil-kecil bersama Anda, misalnya menata meja makan, menyiram tanaman,
atau memasukkan pakaian yang sudah dikeringkan ke dalam keranjang.
· Berikan hadiah kecil. Anda
tidak perlu memberikan mereka mainan yang mahal-mahal untuk membuat anak
senang. Cukup dengan membuatkan mereka agar-agar, cokelat, atau kue kering yang
dibentuk menjadi binatang lucu-lucu, atau mengajak mereka jalan-jalan dan
membelikan es krim.
· Dukung anak untuk bermain
bersama temannya. Bermain dengan teman sebaya akan menghindarkan anak dari rasa
kesepian. Sarankan anak untuk mengajak temannya berenang bersama, bersepeda, atau
sekedar bermain di rumah. Jangan biarkan anak Anda mengurung diri atau menarik
diri dari pergaulan.
Menciptakan suasana rumah yang
menyenangkan penting dilakukan, karena apabila orangtua mampu menciptakan
kegembiraan di rumah, anak-anak akan lebih cepat menyesuaikan diri terhadap
perceraian orangtua.
Meminimalkan Perubahan
Perceraian orangtua membawa
serentetan perubahan yang menuntut anak untuk beradaptasi. Oleh karena itu,
usahakan tidak menambah lagi perubahan dalam rutinitas anak. Jaga pola makan dan
tidur anak. Biarkan anak bersekolah di sekolah yang sama. Akan sangat membantu
jika Anda bisa mengupayakan agar anak tinggal di rumah yang sama setidaknya
selama 1-2 tahun setelah perceraian.
Mengatur Pertemuan dengan Orangtua Tanpa Hak Asuh
Mengatur Pertemuan dengan Orangtua Tanpa Hak Asuh
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang kedua orangtuanya tetap aktif menjalankan pengasuhan sekalipun
telah berpisah, lebih besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi anak yang
mudah menyesuaikan diri, memiliki harga diri yang baik, dan mampu menjalin relasi
yang lebih baik dengan orang lain, dibandingkan dengan anak dari keluarga
bercerai yang kemudian hanya menerima pengasuhan dari salah satu orangtuanya
saja.
Anda perlu mengusahakan agar
anak tetap menjaga komunikasi dengan orangtua tanpa hak asuh. Aturlah bagaimana
cara agar anak secara rutin bisa bertemu dengan mantan pasangan Anda. Berikan
izin kepada mantan pasangan Anda untuk mengunjungi anak secara teratur, atau
jika tidak, Anda lah yang mengantarkan anak ke rumahnya. Demi menjaga kedekatan
emosional, sebaiknya anak juga tidak hanya bertemu selama satu-dua jam, tetapi
bisa menghabiskan waktu bersama sehari atau semalam tiap minggunya, sangat baik
jika anak bisa menginap di rumah pasangan Anda.
Mengatur pertemuan anak dengan
mantan pasangan Anda tentu tidak mudah dilakukan. Pertemuan dengan mantan
pasangan Anda cenderung memicu kembali pertengkaran antara Anda berdua. Selain
itu, rasa benci, marah, dan sakit hati terhadap mantan pasangan membuat Anda
sangat sulit merelakan kepergian anak untuk bertemu dengannya. Akan tetapi,
ingatlah bahwa semua ini Anda lakukan semata-mata demi anak. Dengan tetap
berkomunikasi dengan orangtuanya, anak tidak terlalu merasa kehilangan dan bisa
tetap merasakan bahwa dirinya dicintai. Selain itu, anak juga mengetahui dengan
pasti bahwa keadaan orangtuanya sehat, sehingga tidak perlu merasa cemas.
Anak-anak memang pada mulanya
sering tampak tidak antusias merespon pertemuan atau kunjungan ini. Hal ini
wajar, karena anak memahami adanya konflik di antara Anda, sehingga takut
kalau-kalau dengan mengekspresikan rasa senang dan sayang kepada mantan
pasangan Anda, ia seolah mengkhianati Anda. Selain itu, anak mungkin juga
khawatir jika Anda sendirian dan kesepian ketika ia sedang bersama mantan
pasangan Anda. Oleh karena itu sangat baik jika Anda mendorongnya agar ia
menikmati waktu bersama mantan pasangan Anda tanpa mencemaskan keadaan Anda.
Ketika waktu pertemuan belum tiba dan Anda melihat anak sudah merasa kangen,
Anda bisa menyarankan anak untuk menelepon atau mengirim pesan singkat.
Meminta Dukungan Orang Dekat
Anda harus menyadari bahwa
memaksakan diri mengasuh anak sendirian tidak baik bagi diri Anda maupun anak.
Kelelahan yang berlebihan membuat Anda tidak efektif mengasuh anak. Oleh karena
itu, mintalah orang-orang dekat untuk membantu, kakek-nenek, tetangga, atau
teman Anda. Sekalipun mungkin hanya 30 menit, atau bahkan 15 menit, Anda akan
merasakan manfaatnya. Ketika mereka sedang menjaga anak Anda, jangan sibuk
mengurusi tugas-tugas rumah tangga, gunakan waktu untuk diri Anda sendiri
dengan melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan diri Anda, sekalipun sekedar
minum secangkir teh atau kopi.
Mengajak orang dekat untuk
membantu mengasuh juga membuka kesempatan bagi anak untuk menjalin hubungan
dekat dengan orang lain selain orangtua. Hal ini penting agar anak tidak
bergantung 100% kepada sosok Anda. Anak perlu tahu bahwa selain Anda, masih ada
orang lain yang mencintainya dan bisa dijadikan tempat bergantung.
Menjaga Kesehatan Fisik dan Emosional Diri Anda Sendiri
Menjaga Kesehatan Fisik dan Emosional Diri Anda Sendiri
Perceraian sudah tentu membawa
beban berat ke dalam hidup Anda, stres, depresi, dan lelah tak terkira. Anda
butuh tetap sehat dan kuat untuk melanjutkan tugas mengasuh anak. Jangan sampai
Anda mengabaikan kesehatan Anda. Sedapat mungkin, ambil waktu untuk
beristirahat dan menenangkan diri Anda. Ketika Anda merasa sehat, Anda lebih
mudah pulih dari guncangan emosi, dan tentunya, juga lebih siap menghadapi
anak. Yang terpenting, apabila anak melihat bahwa orangtuanya tetap kuat, sehat
dan gembira, mereka akan lebih cepat bangkit dari kesedihan dan stres paska
perceraian ini. Kuatkan diri Anda, dan yakin bahwa sesudah masa-masa sulit ini,
Anda akan menikmati hidup yang lebih baik.
Hal yang Perlu Dihindari
Jangan menceritakan masalah
antara Anda dan pasangan atau menceritakan keburukan pasangan Anda. Berapa pun
usia anak, anak tidak akan mampu menanggung masalah yang Anda ceritakan kepada
mereka. Menceritakan masalah kepada anak hanya akan menambah beban pikiran anak
dan menciptakan konflik dalam hati mereka. Anda juga tidak perlu menambah satu
kebencian lagi dalam hati anak kepada mantan pasangan Anda. Kebencian
mengurangi kebahagiaan.
Jangan mengumbar harapan
kosong. Apabila Anda tahu bahwa pasangan Anda tidak akan pernah kembali, jangan
menghibur anak dengan mengatakan bahwa orangtuanya akan kembali. Biarkan anak
menghadapi kenyataan pahit ini. Lambat laun dia akan mampu menerimanya.
Jika Anda adalah orangtua
tanpa hak asuh, sangat penting untuk meyakinkan anak bahwa dirinya tetap
menjadi bagian penting dari hidup Anda. Jaga komunikasi, tepati janji untuk
bertemu dengannya, hadirilah pentas atau pertandingannya, juga jangan lupa
ucapkan selamat pada hari ulang tahunnya.
bagus banget artikelnya...bs buat acuan dan pencerahan saya. trims
BalasHapus😢
BalasHapus😢
BalasHapus