Mengajarkan Empati Kepada Anak



Ajari anak untuk melihat hal-hal dari sudut pandang orang lain dan memahami bagaimana perasaan orang lain. Misalnya ketika kebetulan melihat berita di televisi tentang penggusuran lahan, ibu bisa berkata, ”Kasihan bapak itu ya. Bapak itu sangat sedih karena rumahnya dihancurkan.” Orangtua juga bisa mengembangkan kepekaan anak terhadap perasaan orang lain dengan cara mengungkapkan perasaan saat memberikan umpan balik atas perilaku anak. Sebagai contoh, ketika ibu kecewa melihat anaknya yang langsung meninggalkan meja makan untuk pergi menonton televisi tanpa membantu membereskan, ibu bisa berkata kepada anaknya, ”Mama sedih kamu tidak mau ikut membantu mama membereskan piring kotormu, padahal mama sedang capek hari ini.” 

Melibatkan Anak dalam Kegiatan Positif
Dukung anak untuk membantu orang lain. Katakan kepadanya bagaimana orang lain merasa senang dengan pertolongan kecil yang diberikannya. Setelah itu, bantu ia untuk menyadari juga perasaan-perasaan bahagia yang timbul dalam hatinya karena telah melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain tersebut. Dengan demikian, anak menyadari bahwa bertindak moral tidak hanya membuat orang lain senang, melainkan juga membuat hidupnya sendiri indah.
Mendiskusikan topik-topik moral bersama anak
Diskusi untuk membahas berbagai permasalahan dari segi moral bisa meningkatkan pemahaman anak mengenai bagaimana bertindak tepat dalam situasi-situasi tertentu atau bagaimana mencari solusi terbaik yang sesuai dengan nilai-nilai moral. Orangtua bisa mengajak anak mengeluarkan gagasan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi keluarga, atau sekedar membahas berbagai kejadian sehari-hari yang ditemui di lingkungan.
Dalam diskusi, berbagai perilaku atau keputusan, dikupas segi positif dan negatifnya, serta diamati lebih jeli alasan-alasan yang melatarbelakanginya. Hal yang perlu diperhatikan orangtua dalam berdiskusi bersama anak adalah pentingnya menunjukkan keterbukaan terhadap pendapat anak. Sekalipun orangtua mempunyai keinginan untuk langsung mengarahkan anak pada nilai-nilai tertentu, orangtua tetap perlu memperhatikan sudut pandang anak dan menghargai cara berpikir anak. Anak akan lebih bersedia menghargai dan menerima pendapat orangtua apabila ia merasa dihargai pula oleh orangtua. Ketika pendapat anak berbeda dengan pendapat orangtua, orangtua bisa mengemukakan alasan di balik pendapatnya, sehingga dengan demikian, anak bisa mempelajari sudut pandang yang lain, dan cara pandang anak pun menjadi semakin luas.
Hal yang penting diperhatikan orangtua adalah bahwa hukuman fisik sangat tidak tepat digunakan dalam proses mengajarkan moral. Penelitian menemukan bahwa ketika orangtua menggunakan hukuman fisik untuk mendidik moral, anak justru gagal mengembangkan kesadaran moral. Sekalipun hukuman fisik bisa membuat anak melakukan tindakan moral, tindakan moral tersebut mereka lakukan semata-mata karena cemas bahwa diri mereka akan mendapat hukuman bila tidak melakukannya, bukan karena kesadaran bahwa tindakan tersebut membawa kebaikan bagi orang lain.
Jadi, anak-anak yang dididik dengan hukuman fisik tersebut berperilaku baik hanya jika berada di hadapan orang lain yang mereka segani atau dengan kata lain menjadi lebih tergantung pada kontrol dari luar, sementara diri mereka sendiri sebenarnya tidak memiliki motivasi dari dalam untuk melakukan perilaku yang baik secara moral. Hukuman fisik dengan kekerasan tidak bisa membuat hati nurani anak menjadi lebih peka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar