Perjanjian dengan anak”
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan dalam usaha mengubah perilaku
anak menjadi lebih baik (sesuai harapan orangtua). Metode ini bisa digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah perilaku anak, misalnya perilaku manja, agresif,
hiperaktif, dan masih banyak lagi perilaku bermasalah lainnya. Sekalipun metode
ini besar manfaatnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua untuk
menjadikan metode ini benar-benar efektif. Perjanjian dengan anak adalah
perjanjian yang diadakan oleh orangtua yang menyepakati bahwa jika anak
melakukan suatu perilaku (yaitu perilaku yang diharapkan), anak akan mendapat
suatu hadiah.
Seperti apa bentuk “Perjanjian dengan Anak”?
Orangtua mencatat tiap
kemunculan perilaku yang diharapkan di dalam sebuah tabel dengan memberikan
tanda centang atau poin angka. Kemudian, di akhir waktu yang ditentukan, tanda
centang atau poin angka dijumlahkan. Apabila jumlahnya mencapai target, maka
anak berhak mendapat hadiah sesuai kesepakatan.
Bagaimana
Menentukan Target?
Target yang harus dicapai anak
sebagai syarat untuk mendapatkan hadiah, bisa berupa:
Target
kuantitatif
Target kuantitatif berupa
jumlah perilaku yang dimunculkan anak. Anak mendapat hadiah bila ia melakukan
perilaku yang diharapkan sebanyak jumlah yang disepakati. Bila perjanjian
dengan anak menggunakan target ini, maka hasil akhir dihitung dengan cara
menjumlahkan tanda centang atau poin angka yang sudah tercatat di dalam tabel
perjanjian. Sebagai contoh, suatu perjanjian menyepakati bahwa jika anak
memperoleh poin minimal 20 dalam satu minggu, anak akan mendapat hadiah.
Target kualitatif
Target kualitatif berupa
tingkat atau intensitas perilaku yang dimunculkan anak. Anak mendapat hadiah
bila ia berhasil menunjukkan perubahan perilaku secara kentara sekalipun tidak
dalam hitungan angka. Sebagai contoh, suatu perjanjian menyepakati bahwa jika
dalam kurun waktu satu minggu orangtua mendapat laporan dari guru yang
mengatakan bahwa anak mengalami kemajuan dalam hal konsentrasi terhadap
pelajaran di kelas, maka anak akan mendapat hadiah. Sekalipun dalam perjanjian
yang menggunakan target kualitatif ini tidak perlu dirumuskan target dalam
bentuk angka, ada baiknya jika tingkat kemajuan yang menjadi target diperjelas
sejelas mungkin. Misalnya, dalam contoh di atas, orangtua bisa memberi tahu
guru bahwa hanya jika anak memang mengurangi melakukan aktivitas yang tidak
relevan dengan belajar selama jam pelajaran berlangsung, guru bisa memberikan
laporan yang positif.
Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan target, target haruslah realistis atau memungkinkan untuk dicapai
anak. Target yang terlalu tinggi, akan membuat anak merasa terlalu sulit untuk
mencapainya, sehingga anak malah bisa jadi ‘menyerah sebelum bertanding’.
Demikian pula sebaliknya, target yang terlalu mudah, di samping mengakibatkan
lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pengubahan perilaku,
tidak akan membuat anak tertantang. Target yang terlalu mudah akan membuat anak
berpikir bahwa untuk mendapatkan hadiah, tidak perlu ia berusaha lebih keras.
Target yang baik adalah target yang kira-kira ‘setingkat lebih’ daripada
perilaku anak saat ini, sehingga anak tetap merasa tertantang, namun tidak
sampai membuatnya berkecil hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar