Berbagi Tugas Rumahtangga, Tanggungjawab, dan Uang Saku




Anak-anak perlu belajar tentang nilai dari suatu pekerjaan. Pekerjaan mengajarkan kerjasama dan kerja kelompok. Jangan memberi anak-anak Anda terlalu banyak tanggungjawab atau pekerjaan. Ini malah nantinya akan membuat mereka jengkel. Mengajar anak-anak untuk bekerja membutuhkan lebih banyak waktu daripada kalau sendiri melakukannya. Gunakan banyak umpanbalik positif dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dengan lebih baik. 

Bekerja untuk Mendapatkan Upah
Banyak orangtua memotong uang saku seorang anak yang tidak menyelesaikan semua tugas rumahtangga yang menjadi kewajibannya. Buatlah strategi ini menjadi positif. Gunakan diagram sebagai sebuah sarana untuk mendapatkan uang saku. Ini biasanya ampuh pada setiap anak kecil.

Mengajar Anak-Anak Tentang Nilai Uang
Keterampilan mengelola uang termasuk salah satu keterampilan yang penting dimiliki seseorang untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup. Keterampilan ini sesungguhnya sangat tepat bila diajarkan sejak kecil, tentu saja menurut tahap-tahap yang sesuai. Apabila anak sejak kecil dilatih untuk menggunakan uang dengan bijaksana, maka ketika dewasa, ia pun akan membawa kebiasaannya ini.

Mengajarkan Konsep Milik dan Pentingnya Menghargai Milik
Pertama kali, beri pengertian kepada anak mengenai konsep milik dengan mengajak ia membeda-bedakan antara barang kepunyaannya dengan barang kepunyaan orang lain. Ajari juga anak untuk memelihara barang-barang miliknya dengan baik, misalnya menyingkirkan bukunya ketika akan makan supaya tidak kotor, mencuci mobil mainannya yang jatuh ke dalam selokan, menyimpan bonekanya di lemari, dan lain-lain.

Mengenalkan Uang dan Kegunaannya
Anda bisa mengajak anak berbelanja di mana ia bisa melihat bahwa Anda mendapatkan barang-barang dengan cara menukarnya dengan uang. Sekali-kali, biarkan anak menyerahkan uang kepada penjual ketika anak membeli jajan.

Melatih Anak Menggunakan Uang Secara Mandiri
Ketika anak telah mampu berhitung, beri kesempatan anak untuk berbelanja sendiri makanan kecil yang diinginkannya. Tentu saja Anda perlu menyesuaikan jumlah uang yang Anda percayakan kepadanya dengan kemampuan berhitungnya. Sebagai contoh, ketika anak masih duduk di TK, Anda hanya mempercayakan uang pecahan Rp 1.000,00 untuk dipegang atau dibawanya. Ketika anak duduk di SD, Anda bisa membawakan uang Rp 20.000,00 ketika menyuruhnya membeli gula pasir di warung.
Uang saku sangat tepat digunakan untuk melatih anak menggunakan uang secara mandiri dan bijaksana. Beri kebebasan kepada anak untuk menggunakan uang sakunya. Biarkan anak menentukan barang yang ingin dibelinya dan berapa jumlah uang yang dikeluarkannya. Dalam hal ini, orangtua perlu tetap mengamati cara anak menggunakan uangnya, dan memberikan bimbingan ketika anak kurang bijaksana dalam menggunakan uangnya. Semakin dewasa usia anak, orangtua bisa memberikan uang saku untuk rentang waktu yang lebih lama. Misalnya, anak SD kelas 1 diberi uang saku harian, anak SD kelas 5 atau SMP bisa diberi uang saku secara mingguan, sementara anak SMA bisa diberi uang saku secara bulanan. Jangan biasakan memberi tambahan uang saku ketika uang saku anak sudah tidak cukup lagi, karena tujuan memberikan uang saku secara periodik adalah melatih anak mengelola uangnya untuk jangka waktu tertentu. Jika anak kehabisan uang sebelum waktunya dan orangtua tidak memberi tambahan uang saku, selanjutnya anak akan belajar mengatur pengeluarannya dengan lebih bijaksana.

Mengajari Anak Untuk Menabung
Sejak anak memahami konsep uang dan Anda mulai mempercayakan uang saku kepadanya, ajari anak untuk menabung. Ketika anak kecil, Anda bisa membelikannya celengan untuk menjadi tempat menabungnya. Ketika anak duduk di SMP, Anda bisa mengajaknya membuka rekening tabungan di bank. Ajak anak untuk menabung bukan dengan cara menyimpan sisa-sisa uang sakunya, melainkan dengan sengaja mengalokasikan uang sakunya sebelum dibelanjakan. Misalnya saja anak yang diberi uang saku harian, diajak memasukkan sebagian uangnya di celengan sebelum berangkat ke sekolah. Dengan demikian, anak akan belajar tentang kebiasaan menabung yang baik, yaitu disiplin dalam mengalokasikan uang untuk ditabung. Kebiasaan menabung sisa-sisa uang, akan membuat kita menabung dengan kurang maksimal, bahkan sering membuat kita akhirnya gagal menabung, sebab kecenderungan kita adalah menghabiskan uang yang ada di tangan kita.

Mengenalkan Anak Pada Usaha Mencari Penghasilan
Anak perlu mengerti bahwa uang diperoleh dengan suatu jerih payah. Anda bisa mengajak anak untuk terlibat dalam pekerjaan Anda, misalnya ketika Anda menawarkan suatu produk kepada teman Anda. Akan sangat baik juga bila Anda mendukungnya untuk mencari tambahan uang saku di musim liburan, misalnya dengan memberinya katalog kartu nama dan mengajak ia menawarkan kartu nama itu kepada teman-temannya, bila ia berhasil mendapat pesanan, maka laba penjualan kartu nama itu menjadi miliknya.
  
Memberikan Contoh Gaya Hidup yang Tidak Konsumtif
 Anak secara alami akan meniru kebiasaan orangtuanya dalam menggunakan uang. Anak yang sering melihat orangtuanya menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mewah yang tidak perlu, akan jadi tidak segan-segan juga untuk mengeluarkan uang demi memuaskan keinginannya. Oleh karena itu, bila Anda ingin anak Anda hemat dan bijaksana dalam mengelola uang, Anda harus memberikan contoh terlebih dahulu. Ketika Anda mengajak anak berbelanja di supermarket, biarkan anak melihat bahwa Anda selalu mempertimbangkan apakah suatu barang memang benar-benar dibutuhkan atau sekedar diinginkan sebelum Anda mengambilnya dan menaruh dalam keranjang belanjaan Anda.

Mengajar Tanggungjawab Kepada Anak-Anak
Semua orangtua ingin mendidik anaknya dengan baik supaya anaknya bisa mandiri dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Namun, keinginan itu seringkali hanya tinggal keinginan karena banyak orangtua tidak tahu cara yang efektif untuk mewujudkannya. Kalaupun tahu caranya, belum tentu mereka bisa menjalankannya karena kasih sayang yang berlebihan. Orangtua tidak tega memperlakukan disiplin karena anaknya masih kecil. Orangtua mengira mereka bisa mengajarkan mandiri dan tanggung jawab jika anaknya sudah besar.
Sebenarnya setiap anak sangat ingin dianggap bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Mereka sangat menikmati semua yang terjadi akibat yang mereka lakukan. Misalnya, mereka senang bisa makan sendiri. Selain bisa bermain dengan makanan, mereka juga bisa menikmati makanan yang berserakan.
Namun, eksperimen anak ini dianggap menyusahkan orangtua. Orangtua harus membereskan semua makanan yang berserakan dan meja yang kotor. Akhirnya orangtua merasa tidak sabar, apalagi jika mereka hanya memiliki sedikit waktu. Akhirnya orangtua memilih untuk menyuapi anaknya agar cepat selesai dan tidak kotor.
Pengasuhan keluarga adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan bagi anak. Sementara kekayaan paling berharga yang dimiliki orangtua adalah waktu. Jika orangtua kehilangan waktu untuk bersama dengan anak-anaknya, dia akan kehilangan kesempatan yang tidak bisa diulang kembali. Begitu juga jika orangtua menunda melatih kemandirian dan tanggung jawab sejak dini, maka orangtua akan kesulitan pada kemudian hari.
Orangtua jangan hanya membanjiri anak dengan kasih sayang membuta, namun juga berikan mereka dukungan dan dorongan untuk bereksplorasi dan mempunyai rasa ingin tahu. Biarkan anak membuat pilihan sendiri, dan biarkan juga dia merasakan kecewa karena pilihannya yang tidak tepat. Orangtua hanya berfungsi sebagai jaring pengaman emosi, atau selalu siap membesarkan hati anak yang kecewa.

Cara Menanamkan Tanggung Jawab pada Anak
Anak harus belajar bertanggung jawab terhadap dirinya, perbuatannya, pekerjaannya, keluarga, teman, dan masyarakat. Syarat utama untuk mengajarkan tanggung jawab adalah komitmen dan penilaian yang baik. Anak belajar bertanggung jawab dengan mengamati orang dewasa di sekitarnya. Orangtua dan orang dewasa lain di sekitar anak akan menjadi contoh. Jika orang dewasa juga tidak bisa bertanggung jawab, jangan harap anak akan bertanggung jawab.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengajarkan tanggung jawab adalah berilah anak tanggung jawab untuk salah satu pekerjaan di rumah, seperti menyapu, membersihkan kamar mandi, cuci piring, dan sebagainya.
Mengajarkan anak mengerjakan pekerjaan rumah tangga merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan orangtua. Anak tidak hanya dihantar untuk berprestasi di bidang akademis saja, tetapi juga harus mampu mengurus diri sendiri dan rumah tangga. Dengan demikian, kita tidak menciptakan masyarakat yang mudah membuang segala sesuatu. Jika ada barang rusak, dia lebih memilih untuk membuangnya dan membeli yang baru, bukan mencoba untuk memperbaikinya.
Namun, dalam mengajarkan tanggung jawab, jangan lupa juga untuk mengenalkan anak pada konsekuensi. Orangtua ingin anaknya selalu mendapat nilai bagus, tidak kelaparan, dan sebagainya. Akibatnya, orangtua mau bersusah payah membantu anaknya agar anak tidak merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Misalnya, ibu yang selalu bersitegang dengan anaknya karena anak tidak mau makan.
Jika anak sudah merasakan konsekuensi, bimbinglah anak untuk mencoba lebih baik lagi. Jika anak sudah berhasil melakukannya, pujilah anak agar rasa percaya diri anak tumbuh. Bantulah anak untuk mengerti hubungan antara tanggung jawab dengan hak pribadi. Berilah tambahan hak jika tanggung jawab anak bertambah juga.
Dengan belajar tanggung jawab, maka anak bisa menunjukkan dirinya mampu dan mengontrol diri sendiri. Rasa percaya diri pun akan tumbuh jika anak berhasil mengerjakan semua tugasnya. Anak juga akan belajar bahwa hidup mempunyai konsekuensi terhadap diri, keluarga, dan masyarakat. Masyarakat dan dunia akan berfungsi bila orang saling berusaha dan bertanggung jawab.
Dalam memberikan tanggung jawab, orangtua juga harus peka terhadap kemampuan anak untuk bertanggung jawab. Kemampuan itu tergantung pada usia, kematangan dan kepribadian anak. Adillah terhadap setiap anak. Jangan berikan tanggung jawab yang terlalu banyak kepada anak sulung. Itu sudah kuno. Namun, berhati-hatilah pada anak yang sudah memasuki masa remaja, karena pada usia itu pengaruh luar sudah semakin banyak.

Tanggungjawab-tanggungjawab sesuai usia
3-4 tahun
Menggosok gigi
Menaruh pakaian kotor di tempat cucian
Membantu membereskan ruangan dan mainan
 4-5 tahun
Menolong mempersiapkan meja makan atau membersihkan perabotan
Mencuci dan mengeringkan piring-piring plastik
6-8 tahun
Mengerjakan sendiri perawatan kebersihan dirinya
Membuang sampah
Menyapu lantai
9-12 tahun
Semua kebersihan pribadi
Membantu membersihkan halaman
Menggosok perabotan
13-15 tahun
Mengepel lantai
Memasak makanan kecil
Membeli pakaian dengan orangtua
16 tahun dan seterusnya
Melakukan pekerjaan-pekerjaan luar untuk mencari uang
Merencanakan dan memasak makanan
Bepergian dengan pengawasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar