Mengungkapkan Kemarahan dengan Cara yang Baik


Amarah tidak mudah dihilangkan, tetapi bisa dikendalikan. Berhasil mengendalikan rasa marah berarti mengurangi potensi datangnya masalah. Sebagian ahli jiwa menyarankan supaya rasa marah diungkapkan secara langsung untuk memberikan efek pelepasan dan pemulihan. Selain itu, mengungkapkan kekesalan, kekurangsetujuan, atau rasa marah bisa menunjukkan posisi kita terhadap suatu masalah. Hasilnya, orang lain pun memahami sebab-sebab kemarahan kita dan jika hal tersebut memang beralasan, tindakan tersebut bisa mencegah kejadian yang sama berulang. Namun, mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut tanpa membuat pihak lain sakit hati atau terancam sungguh bukan hal yang mudah. 
Orangtua yang sangat marah biasanya kurang berhasil melakukan pengungkapan amarah dengan kata-kata yang bisa dikendalikan dengan sangat ketat. Sungguh, mengungkapkan kemarahan dengan cara ini perlu kekuatan self-control yang luar biasa. Maka sebelum memutuskan utnuk mengungkapkan kemarahan secara langsung, perlu ada jeda perenungan sejenak sambil menggunakan teknik pernafasan untuk memperantarai pilihan tersebut. Jika berhasil di tahap pengendalian pertama dengan teknik pernafasan, biasanya hasrat mengungkapkan kemarahan tidak akan berlanjut. Setidaknya, penundaan sejenak tersebut memberi kita peluang untuk mencari solusi dan cara pengungkapan kemarahan dengan lebih bijaksana.
Banyak orangtua marah tetapi tidak mengatakan atau melakukan apa-apa untuk mengungkapkannya. Kebanyakan orangtua memendam amarahnya. Ini keliru. Kita membiarkan amarah kita menumpuk dan menumpuk sampai kita meledak. Ini akan membuat bingung anak-anak. Jangan menyimpan amarah.  Kalau Anda menyimpan amarah, amarah ini dapat menjadi tak terkendali. Katakan kepada anak Anda apa yang telah dilakukannya, bagaimana perasaan Anda, dan dan mengapa Anda merasa begitu. “Kalau kalian bertengkar seperti itu, Ibu jadi marah karena kalian bisa terluka atau memecahkan barang.” “Kalau kamu tidak menelepon ke rumah, Ayah akan cemas karena takut terjadi sesuatu denganmu.”
  
 Apa yang Membuat Anda Marah?
Buatlah sebuah daftar perilaku negatif yang membuat Anda marah. Perilaku manakah yang membuat Anda marah. Perilaku manakah yang membuat Anda marah dan kecewa? Berikutnya, susunlah sebuah rencana untuk menangani setiap peristiwa yang nenbuat Anda marah.

Contoh:
Peristiwa yang memicu kemarahan:  
Anak-anak berkelahi
Rencana:
Saya akan untuk menarik nafas dalam-dalam sebanyak dua atau tiga kali kemudian keluarkan secara perlahan-lahan. Daripada memaki-maki dalam hati, “Huh, semuanya jadi kacau begini!” Saya akan mencoba untuk menggantinya dengan kalimat, “Kekacauan ini bukan akhir dari segalanya, kan? Percuma saja saya marah-marah, toh tidak akan menyelesaikan masalah.” Saya akan menenangkan diri anda dan berpikir jernih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar