Gunakan Hukuman yang Mendidik


“Bagaimana Anda menghukum anak-anak Anda?”
“Saya berteriak.”
“Bagaimana reaksi mereka terhadap teriakan Anda?”
“Mereka tidak bereaksi. Mereka tidak mendengar saya.”
“Lalu bagaimana?”
“Saya jadi marah, lalu berteriak lagi.”
“Apa mereka berhenti.”
“Untuk sementara sih, iya.”
“Kemudian, apa yang Anda lakukan?”
“Saya memukul pantat mereka.”


Kebanyakan orangtua berpendapat bahwa menghukum suatu perilaku negatif akan menghentikan si anak untuk mengulangi perilaku negative tersebut. Tapi ini tidak selamanya terjadi. Memberi hukuman bagi anak biasanya dilakukan orangtua untuk memberi rasa jera kepada anak. Padahal, hukuman ini belum tentu membuat anak jera. Lantas bagaimana cara bijak mengatasi kenakalan anak?

 Banyak jenis pola asuh yang dilakukan oleh orangtua  terhadap anaknya. Misalnya saja pola asuh dalam memberikan hukuman yang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pola asuh tanpa hukuman akan lebih baik daripada dengan hukuman? Apakah hukuman dilakukan sebagai jalan pintas karena orangtua dan pendidik tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk memahami lebih jauh penyebab anak berperilaku di luar batas wajar atau normal? Atau karena sudah merupakan kebiasaan bahwa hukuman merupakan bagian dari mendidik anak?
Hukuman merupakan sebuah akibat negatif. Kalau digunakan dengan benar dan tepat, hukuman bisa menghilangkan atau mengurangi tingkahlaku negatif. Hukuman memang manjur tetapi tidak mudah melakukannya secara efektif. Kebanyakan orangtua berpendapat bahwa menghukum suatu perilaku yang negatif akan menghentikan si anak untuk mengulangi perilaku negatif tersebut.
Ketika anak berbuat nakal, hampir 90 persen orang tua mengaku pernah memberikan hukuman fisik pada si kecil. Padahal sudah banyak psikolog yang melarang orang tua menghukum anak secara fisik, karena dapat berlanjut ke kekerasan fisik. Yang perlu para orang tua tahu, kekerasan fisik bisa menyebabkan kembangan emosi si kecil terganggu. Bahkan, tak jarang perilaku si kecil juga bisa makin 'liar'.   

Hukuman-Hukuman yang Baik dan Jarang Digunakan
Hukuman yang benar adalah hukuman yang jarang digunakan karena memang jarang diperlukan. Hukuman seharusnya mengurangi tingkahlaku negatif. Kalau tingkahlaku itu tidak berubah, artinya hukuman itu tidak berhasil. Hukuman seharusnya dapat mengurangi perlunya hukuman lebih lanjut. Jika tingkahlaku itu tidak berubah, artinya hukuman tersebut tidak berhasil. Banyak orangtua memusatkan perhatian pada hukumannya bukan pada kenakalannya. Kalau Anda menghukum anak Anda lima atau enam kali sehari atas kesalahan yang sama, itu artinya hukuman itu tidak manjur.
Sebuah penelitian dari University of New Orleans, AS, menyimpulkan tiga hukuman untuk anak berikut ini adalah yang paling efektif dibandingkan dengan memukul, yaitu:
1.  Mendiamkan atau memberikan mereka waktu sendiri untuk merenungi kesalahannya. Setelah itu, baru ajak dia mengobrol menanyakan apa alasan si kecil berulah.
2.   Memberikan anak tugas rumah tambahan.
3. Tidak memperbolehkan anak melakukan aktivitas favoritnya untuk sementara. Misalnya, tak diizinkan bermain internet dan menonton teve selama seminggu.

Jangan Menghukum Kalau Anda Sedang Marah
Kalau Anda menghukum dalam keadaan marah, Anda sebetulnya melakukan dua hal sekaligus. Anda menghukum. Anda bereaksi dengan marah. Janganlah menghukum kalau Anda sedang marah. Maksud hukuman adalah mengajar anak-anak Anda supaya berperilaku lebih baik di masa depan. Kalau Anda bereaksi berlebihan karena Anda sedang marah, Anda bisa jadi akan mengatakan hal-hal yang sedang tidak Anda maksudkan. Jangan menghukum pada saat Anda sedang marah. Ini akan memberi pelajaran kepada anak-anak Anda bahwa hukuman adalah suatu bentuk balas dendam.

Jangan Menghukum Untuk Mempermalukan
Hukuman tidak boleh membuat malu, menghina, atau menurunkan martabat anak-anak. Hukuman dimaksudkan untuk mengajar anak-anak Anda bahwa berperilaku negatif bukanlah sebuah keputusan yang baik dan bahwa berperilaku positif adalah keputusan yang baik. Bila hukuman mempermalukan anak Anda, hukuman itu akan menciptakan perasaan yang tidak sehat. Rasa malu tersebut hanya akan membuat anak Anda menganggap Anda kasar dan tidak adil.

Gunakanlah Hukuman Secara Konsisten
Hukuman harus dilaksanakan secara konsisten. Sekali Anda memutuskan untuk menghukum sebuah perilaku negatif, selalu lakukanlah demikian. Kalau menghukum hanya karena Anda ingin menghukum, Anda hanya memperburuk masalah. Sekali Anda memberitahu anak Anda bahwa ia akan dihukum, maka hukumlah sungguh-sungguh. Anda harus menggunakan hukuman itu secara konsisten, bahkan setelah Anda mengalami hari yang melelahkan.

Bertindaklah rasional
Hukuman harus masuk akal. Hukuman yang singkat dan ringan lebih manjur daripada hukuman yang keras. Tanggapilah secara proporsional perilaku nakal itu. Hukuman sebaiknya dilakukan segera setelah perilaku negatif itu terjadi.  Kebanyakan orang dewasa berpikiran bahwa mereka harus selalu menangani suatu kenakalan dengan sebuah hukuman. Anda dapat memperbaiki perilaku nakal dengan menggunakan umpanbalik positif untuk memperkuat lawan dari kenakalan itu. Langsung menerapkan hukuman kadang-kadang menjebak banyak orangtua. Tak ada yang suka rasanya. Salah satu cara untuk menghindari jebakan ini adalah memusatkan perhatian pada tingkahlaku positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar