Menyelesaikan Pertengkaran Kakak-Adik


Anak balita juga sering berbeda pendapat, berbeda pandangan, dan berbeda pemahaman dengan saudaranya. Baik sang kakak, maupun adik. Tidak heran kalau ia sepertinya senang mengajak bertengkar. Apalagi sifat mau menang sendirinya masih kuat sehingga sulit diberi pengertian.
Pertengkaran ini dipengaruhi pula oleh kondisi emosi anak saat itu. Jika sedang kesal, capek, kecewa, dia jadi agak sensitif. Kesenggol sedikit saja tubuhnya bisa membuat si kecil marah. Bisa juga ketika si kakak bermaksud membenahi mainan si adik, tiba-tiba si adik marah karena menganggap kakak mengambil mainannya. Akhirnya bertengkarlah mereka.
Selain itu, bertengkar bisa merupakan salah satu cara anak prasekolah mencari perhatian. Tiba-tiba saja ia mengganggu kakaknya yang tengah asyik bermain dengan merecokinya. Si kakak pun jadi marah dan orangtua datang melerai. Dua reaksi tersebut dianggap sebagai perhatian terhadap dirinya.
 Kebanyakan masalah yang timbul antara saudara sekandung tidaklah menyangkut persaingan. Anak-anak mengalami konflik karena alasan-alasan yang sama yang dialami oleh orang dewasa. Mereka menuntut agar peraturan-peraturan yang dibuat sesuai dengan tingkahlaku mereka. Bukannya tingkahlaku mereka yang harus sesuai dengan dengan peraturan. Mulailah dengan menggunakan sebuah konflik sebagai peluang untuk belajar.
Ajarilah anak-anak Anda cara-cara yang dapat diterima untuk mengungkapkan rasa kecewa dan kemarahannya. Ajarilah mereka cara mengelola perasaan-perasaan mereka tanpa menyakiti perasaan orang lain. Sebagai kaidahnya, doronglah selalu anak-anak Anda untuk menyelesaikan konflik-konflik mereka sendiri. Berilah mereka waktu untuk melakukannya. Sebagai suatu pencegahan jangka panjang, pusatkan perhatian pada perlaku-perilaku sosial positif dari anak-anak Anda.
Pertengkaran antarsaudara tentu saja harus disikapi dengan tepat agar anak-anak dapat menarik pelajaran dari pertengkaran ini. Jadi, kehadiran orangtua bukan semata-mata bertujuan meredakan kegaduhan atau malah balik memarahi anak. Salah penanganan, anak akan berkembang menjadi pribadi yang lemah, tidak punya keberanian, tidak bisa membuat keputusan sendiri, mudah terpengaruh lingkungan, labil, dan kurang percaya diri.
Nah, seperti apa menyikapi pertengkaran anak dengan cara yang tepat itu? Inilah langkah-langkahnya:
1. Tidak Terpancing Emosi
Siapa tahu memang tujuan si anak adalah memancing emosi orangtua, karena itu bersikaplah tenang. Jika sedang membaca buku ya teruskan saja membacanya, sambil tetap "buka mata dan pasang telinga lebar-lebar" alias tetap melakukan pengawasan. Sembunyikan rasa kesal dan emosi yang akan muncul, apalagi jika dalam kondisi capek. Begitu pun pada pengasuh di rumah, mintalah bersikap tenang dan tak terpancing emosi kala anak-anak sedang bertengkar. Berpikirlah bahwa mereka tengah belajar menyelesaikan konfliknya.

2. Leraikan/Pisahkan Anak Jika Terjadi Kekerasan
Bila pertengkarannya sampai pukul-memukul atau saling jambak rambut dan kekerasan lainnya, segera pisahkan keduanya. Tapi kalau bertengkarnya hanya sekadar debat mulut, orangtua cukup mengawasi dengan tetap diam. Biasanya jika orangtua diam atau tak bersikap berlebihan, pertengkaran tersebut akan berhenti dengan sendirinya. Setelah selesai bertengkar barulah dibahas bersama masalah bertengkarnya tadi.

3. Ajak Bicara Anak
Setelah anak dileraikan atau bisa juga ketika si anak sudah selesai bertengkarnya dan agak tenang, minta masing- asing untuk duduk dan bicara di antara mereka tentang apa yang jadi masalah atau penyebabnya. Lakukan dialog.

Mengajarkan Anak Empati

Menciptakan kerukunan antara kakak- beradik, bukan saja dengan cara menanamkan sikap untuk saling menolong dan memberi. Ada satu hal lain yang sangat penting dan perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak mereka kecil, yaitu sikap saling empati satu dengan lainnya.
Empati sering digunakan untuk menunjukkan sikap di mana kita bisa memahami apa yang tengah dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain walaupun kita tidak mengalami hal yang persis dialami orang lain pada saat tersebut.
Di masyarakat kita, konflik antara kakak-beradik sudah sering kita jumpai. Permusuhan, saling menjelekkan dan sikap tak mau peduli satu dengan lainnya bukan merupakan pemandangan yang baru. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa sikap empati untuk menciptakan keharmonisan di antara kakak- beradik dalam sebuah keluarga belum tertanam.
Sikap empati yang perlu ditanamkan kepada anak-anak bukan hanya ketika mereka menghadapi atau mendapatkan kekecewaan, kesedihan dan kegagalan saja. Tetapi, anak-anak juga harus diajarkan untuk bisa bersikap sportif dengan memberikan dukungan berupa ucapan selamat, memberikan pujian, senyuman, atau pelukan sebagai tanda ikut bangga dan bahagia atas prestasi yang diperoleh oleh kakak atau adiknya.
Sejatinya, banyak sekali peluang untuk mengajarkan kepada anak bagaimana menumbuhkan sikap empati kepada seseorang. Kebahagiaan dan kesedihan yang datang silih berganti dalam kehidupan setiap individu, dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang berharga bagaimana pentingnya bersikap empati kepada orang lain.
Orangtua dapat memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana kita dapat mengurangi beban yang sedang dirasakan oleh seseorang dan menambah kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh orang lain dengan sikap empati.
Memberikan pelukan dan mengatakan bahwa kita bisa merasakan dan memahami apa yang menjadi beban dan kesedihan seseorang serta memberikan ciuman, tepukan, pujian kepada seseorang yang mendapatkan prestasi merupakan bukti bahkan kita ikut berempati dan mendukung keberhasilannya.
Semua kondisi di atas dapat dijadikan sebagai contoh yang baik oleh anak-anak sehingga pada situasi yang sama mereka dapat bersikap empati dengan benar. Sikap empati merupakan salah satu dari nilai-nilai sosial. Karena itu, sikap empati yang sudah tertanam dalam diri anak-anak sejak kecil akan memudahkan mereka untuk dapat beradaptasi dan diterima dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.
Dalam keluarga, sikap empati yang tumbuh dalam diri anak-anak akan menumbuhkan sikap saling menghargai dan merasakan satu dengan lainnya, sehingga hubungan kakak-beradik dalam keluarga akan selalu rukun dan harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar