Mengatasi Masalah Mengerjakan PR

Pekerjaan Rumah (PR) merupakan salah satu sumber konflik yang paling sering terjadi di antara anak dan orangtuanya. Anak-anak biasanya menghindar membuat PR. Mereka membuat alasan-alasan untuk tidak memulai pekerjaanya. Orangtua menjadi kecewa dan marah melihat sikap dan perilaku anaknya ini. Orangtua dan guru perlu bekerjasama dalam mengembangkan kebiasaan-kebiasaan membuat PR yang sehat dalam diri anak-anak.
Para guru harus menjelaskan apa manfaat PR kepada murid-murid mereka. Para guru sebaiknya juga memiliki suatu program intensif untuk mendorong anak-anak agar mau membuat PR pada waktunya dan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Kalau Anda tidak mempunyai motivasi dan sang guru tidak memiliki program intensif, Anda dapat menyusun suatu program di rumah. 

Menjadi Seorang Fasilitator PR
Tugas atau pekerjaan rumah tidak hanya menolong anak belajar mengenai subjek yang dipelajarinya di sekolah, tapi juga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pada diri anak. Artinya, dengan menerjakan PR, anak jadi belajar bagaimana caranya mengatur dan mengalokasikan waktu untuk suatu tugas dan bagaimana ia harus menyelesaikan tugas tadi dengan rapi serta benar.
Nah, semua hal tersebut merupakan suatu keterampilan yang sangat dibutuhkan anak untuk bekal kehidupannya. Lewat PR pula anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih positif. Tentu saja, sebagai orang tua, kita diwajibkan untuk tidak menolong menerjakan PR dan hanya sebatas menemani serta memberitahu jika ia tak mengerti soal yang diberikan gurunya.
 Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi dan membuat PR yang baik. PR sebenarnya adalah urusan antara anak Anda dengan gurunya. Anda hanyalah seorang fasilitator. Tugas Anda adalah menolong bukan membuat PR untuknya. Ada anak yang tidak mau membuat PR. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah memastikan agar anak itu sebenarnya mampu mengerjakan PR tersebut.
Anak tidak mau membuat PR karena mereka mempertanyakan relevansi penugasan itu. Memang celakanya, tidak semua penugasan mempunyai makna yang sama bagi setiap anak. Ajarilah anak-anak untuk menyelesaikan bagian yang paling tidak enak lebih dahulu. Melaksanakan yang paling sulit lebih dulu akan lebih baik karena anak Anda secara mental akan menjadi lebih siap untuk mengerjakan tugas yang selanjutnya.
 Ada anak yang ngebut membuat PR-nya. Ini hanya akan menimbulkan masalah kalau pekerjaanya ceroboh atau tidak tepat. Jangan menghukum anak Anda karena bekerja semberono atau tidak tepat. Mintalah anak Anda mengerjakan-ulang tugasnya itu. Kalau Anda sudah mengantisipasi bahwa anak Anda ada kemungkinan suka ngebut, beritahukan padanya kaidah-kaidah Anda terlebih dahulu.

Cara Efektif Agar Anak Mau Mengerjakan PR
Bagi kebanyakan anak, strategi-strategi organisasi dan perencanaan disertai dengan sejumlah kata-kata sudahlah cukup untuk memulai melakukan kebiasaan membuat PR secara berhasil. Namun bagi sejumlah anak, taktik-taktik ini belum cukup. Ada anak-anak yang malas. Ada anak-anak yang suka membuang-buang waktu. Anak-anak ini memerlukan perangsang-perangsang yang lebih kuat.
Berikut sejumlah cara yang dapat menolong anak lebih giat, serius, dan teliti mengerjakan tugas-tugas rumah yang diberikan gurunya.
1. Tempat Tenang & Nyaman
Tentukan suatu tempat yang pasti di mana anak dapat mengerjakan PR secara teratur. Tempat ini harus cukup cahaya, terang, nyaman, dan tenang tanpa ada gangguan teve, suara-suara anak bermain, atau orang berbicara/menelepon. Pendek kata, jauhkan anak dari sumber keributan yang bisa membuat konsentrasinya pecah.

2. Waktu Teratur
Pilihlah waktu yang sama setiap hari untuk membuat pekerjaan rumah. Bagi sebagian anak, waktu yang mereka anggap enak adalah sehabis makan sepulang sekolah. Sebagian lagi lebih suka mengerjakan PR setelah main atau istirahat sore. Celakanya, ada juga anak yang malas mengerjakan PR. Untuk mereka, tetapkan aturan, "Tidak boleh nonton teve atau main game di komputer sebelum mengerjakan PR."

3. Pegang Peranan
Biarkan anak memegang peranan untuk membuat "peraturan" berkaitan dengan masalah PR. Beri ia kepercayaan untuk memutuskan kapan dan di ruang mana ia akan mengerjakan tugas rumahnya. Misalnya, ia hanya ingin menyelesaikan PR di meja belajar di kamarnya pada sore hari. Hormati putusan anak. Ini akan amat membantu meminimalkan perselisihan dengan anak gara-gara masalah PR.

4. Kontrol
Biasakan memonitor PR anak. Apakah dia mempunyai masalah saat mengerjakan tugas-tugasnya atau apakah dia mudah sekali jenuh pada waktu mengerjakan PR-nya? Apakah dia mengerti bagaimana cara mengerjakannya atau apakah PR itu terlalu sulit baginya? Pada waktu dia sedang mengerjakan PR apakah TV menyala, ada telepon berdering, bercakap-cakap dengan anggota keluarga lainnya, sehingga konsentrasinya terganggu?
Jika terjadi tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya bantu anak mengatasi masalah-masalah tadi. Matikan teve, tidak membuat PR dekat meja telepon, jangan biarkan sang kakak atau adik mengajaknya ngobrol sebelum PR selesai dikerjakan.

5. Jangan Pernah Membuatkan PR Anak
Memang sangat disarankan para orang tua menemani anak sangat membuat PR dan membantunya jika ia mnemerlukan pertolongan. Tapi tidak berarti Anda boleh membantu membuatkan tugas-tugasnya. Sekali-sekali Anda boleh membantu menjelaskan bagaimana cara membuat tugas tersebut, tapi ingat, biarkan anak mencoba terlebih dahulu sebelum menawarkan bantuan padanya.
Membuatkan PR anak bukanlah tindakan bijaksana. Selain anak tidak dilatih untuk bertanggung jawab, ia juga kehilangan kesempatan untuk memahami/mendalami mata pelajaran yang diberikan guru karena salah satu tujuan guru memberi PR adalah agar anak semakin paham akan mata pelajaran yang didapatnya di sekolah.

6. Reaksi Positif
Dampingi anak saat ia tengah mengerjakan PR nya. Anda bisa sambil membaca buku/koran atau melakukan kegiatan lain tapi tidak sambil menonton teve atau menelepon. Sesekali lihat pekerjaan anak. Jika ia telah mengerjakan dengan betul dan baik, pujilah dia. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, jangan mengeritiknya. Tanyakan kesulitan yang dihadapinya, terangkan, dan bantu ia mengoreksi kesalahannya. Sekali lagi, bukan berarti Anda memberitahu jawabannya, melainkan membantu memecahkan masalah dengan cara menerangkan atau memberikan rumus-rumusnya.
  
7. Selalu Berhubungan dengan Guru
Jika anak tampak memiliki masalah dalam mengerjakan PR, misalnya soal yang diberikan sulit dimengerti, anak kurang memahami pelajarannya sehingga tidak dapat menyelesaikan PR, atau acuh sama sekali, laporkan pada gurunya. Anda juga dapat menulis catatan di buku penghubung guru-orang tua murid. Yang penting, jalin selalu hubungan dengan guru sehingga senantiasa bisa berkomunikasi dengan baik untuk masalah pendidikan anak. Ingat, tugas mendidik tak hanya pada pundak guru semata! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar