Anak Sulit Konsentrasi
Rentang perhatian seorang anak
bisa diukur dari berapa lama ia bertahan pada suatu aktivitas. Anak yang betah
melakukan aktivitas selama waktu yang cukup lama, tanpa beralih pada aktivitas
yang lain dan tidak mudah terganggu oleh stimulus-stimulus lain, dikatakan
mempunyai kemampuan konsentrasi yang baik. Berkonsentrasi membutuhkan kemampuan
untuk memfokuskan diri dan juga kemampuan untuk menyaring stimulus yang tidak
penting.
Pada anak-anak yang mengalami
kelemahan dalam hal konsentrasi atau pemusatan perhatian, mereka kurang mampu
membedakan antara stimulus utama yang harus diperhatikan dengan
stimulus-stimulus lain yang tidak penting, sehingga akibatnya, mereka mengalami
kesulitan untuk memfokuskan diri secara efisien pada informasi penting atau
kegiatan yang utama yang sedang digeluti.
Kemampuan konsentrasi
berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Akan tetapi,
kemampuan ini cenderung meningkat sejalan dengan kematangan usia anak. Semakin
besar, anak semakin mampu memilah-milah materi mana yang harus diperhatikan,
dan materi mana yang harus diabaikan. Anak usia 2 tahun mampu berkonsentrasi
kira-kira selama 7 menit, anak usia 3 tahun selama 9 menit, anak usia 4 tahun
selama 12 menit, dan anak usia 5 tahun mampu berkonsentrasi selama 14 menit.
Cara Mengatasi Anak Sulit Konsentrasi
Mengurangi
Gangguan
Orangtua bisa menolong anak
agar mereka lebih mudah berkonsentrasi dengan cara menyingkirkan
gangguan-gangguan yang bisa mengacaukan konsentrasi anak. Sebagai contoh,
karpet dan pelapis dinding kedap suara bisa dipasang untuk meredam suara-suara
luar, barang-barang bisa disimpan di dalam lemari tertutup sehingga tidak
langsung terlihat oleh anak, meja dirapikan sehingga alat tulis tidak
berserakan.
Yang perlu diperhatikan,
sekalipun orangtua memodifikasi lingkungan, anak nantinya harus tetap
dibiasakan pada situasi normal. Oleh karena itu, secara perlahan-lahan, seiring
dengan semakin meningkatnya kemampuan konsentrasi anak, orangtua menghadapkan
anak pada situasi yang semakin banyak mengandung stimulus pengganggu.
Melakukan
Aktivitas yang Menarik
Awalnya, orangtua bisa
memberikan materi-materi yang menarik bagi anak sehingga anak lebih mudah
berkonsentrasi, kemudian, untuk melatih anak, secara berangsur-angsur anak
dihadapkan pada materi-materi yang kurang disukai anak. Orangtua juga bisa
melatih ketahanan anak terhadap gangguan melalui permainan, misalnya orangtua
menantang anak untuk tetap serius memusatkan perhatian pada tugasnya, sementara
ketika anak berusaha berkonsentrasi, orangtua mencoba mengganggunya atau
menggodanya dengan mengeluarkan suara-suara.
Memberikan Tugas yang Terstruktur
Tugas yang diberikan kepada
anak hendaknya jelas dan spesifik, serta tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk mengerjakannya. Setelah rentang konsentrasi anak meningkat (anak mampu
memusatkan perhatian selama jangka waktu yang lebih lama), barulah bisa
diberikan tugas-tugas yang membutuhkan waktu pengerjaan lebih lama. Dalam
memberikan instruksi, orangtua hendaknya memberikannya secara singkat, jelas,
dan spesifik.
Berbicara panjang lebar yang
tidak perlu hanyalah akan membuat anak bingung dan tidak berkonsentrasi. Oleh
karena anak yang mudah terganggu konsentrasinya sulit menolerir perubahan, maka
lebih baik jika orangtua menyediakan rutinitas, atau membuat agar kegiatan
sehari-hari terjadwal.
Memberikan Perhatian atau Hadiah
Orangtua bisa memotivasi anak
untuk meningkatkan rentang konsentrasinya dengan cara memberikan perhatian
positif atau hadiah tiap kali anak berusaha memusatkan perhatiannya. Puji anak
ketika anak bisa berkonsentrasi pada suatu hal selama rentang waktu tertentu,
bahkan meski anak baru bisa berkonsentrasi selama rentang waktu yang sangat
pendek sekalipun.
Metode ‘perjanjian dengan anak’ bisa juga diterapkan. Sebagai contoh, orangtua bisa memberikan poin 5 jika anak memandang materi tugas, poin 10 jika anak mengerjakan tugas, dan poin 15 jika anak menyelesaikan tugasnya. Poin-poin itu bisa dikumpulkan dan di akhir waktu perjanjian, ditukar dengan hadiah yang menarik bagi anak.
Metode ‘perjanjian dengan anak’ bisa juga diterapkan. Sebagai contoh, orangtua bisa memberikan poin 5 jika anak memandang materi tugas, poin 10 jika anak mengerjakan tugas, dan poin 15 jika anak menyelesaikan tugasnya. Poin-poin itu bisa dikumpulkan dan di akhir waktu perjanjian, ditukar dengan hadiah yang menarik bagi anak.
Memupuk
Perasaan Kompeten pada Diri Anak
Apabila anak mengalami
kesulitan berkonsentrasi akibat perasaan tidak aman yang mengganggunya,
orangtua bisa menolong dengan cara memupuk perasaan kompeten anak, sebab anak
yang merasa kompeten atau mampu cenderung lebih memperhatikan. Oleh karena
perasaan kompeten atau perasaan mampu ini tumbuh melalui pengalaman berhasil,
maka orangtua perlu memberikan tugas-tugas kepada anak yang memungkinkannya
untuk berhasil. Tugas yang diberikan hendaknya tidak terlalu sulit maupun tidak
terlalu mudah, melainkan cukup menantang, sebab tugas yang terlalu sulit atau
terlalu mudah tidak akan meningkatkan perasaan kompeten. Di samping itu, untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak, orangtua hendaknya lebih sering memberikan
pujian dan menghindari terlalu sering mengkritik anak.
Mengatasi Sumber Masalah Psikologis Anak
Apabila anak sulit
berkonsentrasi karena terganggu secara emosional, maka orangtua bisa
menyelidiki masalah apa yang membuat anak merasa tidak nyaman. Konflik-konflik
yang dialami anak perlu diselesaikan agar tidak mengganggunya untuk terlibat
aktif dalam aktivitas-aktivitas.
Menangani anak yang lemah
konsentrasinya membutuhkan kesabaran cukup besar dari orangtua. Akan tetapi,
jika orangtua mau melatih anak perlahan-lahan dengan sabar, rentang konsentrasi
anak akan bisa meningkat.
Anak-anak yang lemah
konsentrasinya seringkali mempunyai konsep diri yang buruk. Lingkungan sering
menyalahkan mereka karena menganggap bahwa mereka adalah anak nakal, sulit
diatur, tidak bertanggung jawab. Apabila anak mempunyai konsep diri yang buruk,
ada baiknya orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa kekurangmampuannya
untuk berkonsentrasi tersebut bukanlah kesalahannya, melainkan merupakan
kelemahannya, namun demikian, ia tetap dapat berusaha mengatasi kelemahan itu
dengan usaha yang sedikit lebih gigih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar