Dengarkanlah Dengan Mata, Telinga, Hati



Hari ini Saya pergi menghadiri hari presentasi siswa-siswi di sekolah Kakak. Melihat tak begitu banyak orang tua hadir di lingkungan sekolah, sepertinya, hari ini adalah giliran anak kelas satu. Saya pikir terlambat, tapi ternyata tidak. Ketika Saya masuk ke dalam kelas, Bu Rahma yang bertugas sebagai pembuka acara hari itu, baru akan mulai memberikan penjelasan kepada seluruh hadirin sekelas tentang acara presentasi tersebut.

Syafira selanjutnya menjadi master of ceremony, dengan cara memanggil satu demi satu temannya, untuk mempresentasikan kebolehan masing-masing. Asshifa melihat urutan nama yang ditempel besar-besar -- beserta foto -- di dinding bagian belakang, yang di situ duduk/berdiri merapat para orang tua murid. Yang unik, foto itu disusun berdasarkan urutan tanggal kelahiran. Jadi, yang tua lebih dulu, yang muda belakangan. Saya pikir, ini adalah bentuk pengamalan sebuah prinsip yang ada dalam Islam, yaitu mendahulukan yang tua baru kemudian yang muda. 



Terkait dengan tua-muda ini, Saya jadi ingat pesan beberapa orang tua, yang sudah berusia cukup lanjut. Mereka memesankan, agar menerapkan prinsip urutan di dalam rumah. Yang paling harus dihormati dan didengar adalah Ayah, lalu Ibu, lalu anak tertua, lalu anak tengah, lalu anak bungsu. Kita mungkin ada sedikit protes soal pendapat ini. Bahwa keteladanan, kebenaran, kesalahan, semuanya relatif tak selalu terkait pada usia. Bapak bisa salah, anak bisa benar. Yang bungsu bisa lebih dewasa, yang tua bisa sangat manja. Namun, masalahnya menurut Saya bukan itu yang dimaksudkan. Tapi nuansa penghormatannya. Bukan soal mendengarkan pendapat atau membela yang benar dan salah. Tapi soal-soal teknis seperti mendahulukan memberikan makanan dan minuman pada Ayah daripada anak-anak, mendahulukan menjawab panggilan yang tua dari yang muda. Soal kebisaan, benar-salah, kemampuan, memang relatif. Seperti Rasulullah dulu pernah menunjuk seorang sahabat yang muda untuk memimpin sahabat-sahabat yang jauh lebih senior.

Kembali ke acara di kelas. Saya terharu sekali melihat semua anak diizinkan menunjukkan kebolehannya masing-masing. Tak ada nilai mampu di bidang ini maka itu lebih mulia, lebih bergengsi, daripada mereka yang mampu di bidang lain. Coba renungkan beberapa kemampuan yang saya ingat dipresentasikan masing-masing anak:


Anak1 : Dia adalah anak yang sehat, sepanjang masa sekolah tak sekalipun dia tidak datang ke sekolah. Dia tak pernah sakit. Tak pernah perlu minta izin libur.
Anak2 : Dia adalah anak yang sudah bisa membaca dengan baik (meskipun Saya lihat dia agak terbata-bata, namun seluruh hadirin tetap memberikan tepuk tangan).
Anak3 : Dia adalah anak yang sekalipun tak pernah lupa sesuatu. Katanya, begitu pulang sekolah dia sudah langsung mempersiapkan segala perlengakpan sekolah untuk keesokan harinya, dan pagi besoknya sebelum berangkat, dia periksa sekali lagi semuanya.
Anak4 : Dia adalah anak yang bisa main lompat tali. Meskipun Saya lihat dia hanya bisa lompat tali biasa tanpa modifikasi apapun.
Anak5 : Dia bisa memberikan aba-aba mulai belajar di kelasnya, seperti: Berdiri!, Ucapakan Salam! Duduk! (Saya tahu, anak ini di bawah rata-rata dalam hal kemampuan bahasa, menghitung dan membaca)
Anak6 : Dia tak pernah terkena bola dalam permainan lempar-lemparan bola. Lucu sekali, ketika presentasi, seorang temannya berusaha melemparnya tapi dia selalu bisa mengelak.
Anak7 : Dia selalu mendapat nilai 100 untuk setiap pelajaran KHOT. Dia membawa buku KHOT-nya, dan membuka halaman demi halaman, menunjukkan pada seluruh hadirin nilai demi nilainya.

  
Betapa mengharukannya, ketika kemampuan setiap orang mendapat pengakuan yang layak.

Dan ada kata-kata anak-anak yang sering diulang-ulang setiap kali mau presentasi, "Dengarkanlah dengan mata, telinga, dan hati."

Pada presentasi kemampuan membaca buku, anak yang presentasi itu berpesan, "Bila temanmu salah dalam membaca, janganlah ditertawakan."

Betapa dalam pelajaran akhlak yang diajarkan itu. Dan Saya sungguh merasa beruntung anak Saya tumbuh dan belajar di usia yang sangat penting dalam hal pembentukan jiwa, mental dan akal setiap manusia, di lingkungan seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar